Agam,exismedia
Sebuah terobosan signifikan terjadi di dunia pertanian Sumatera Barat. Panen padi organik bersama yang digelar oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sumbar, dan Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Korwil Sumbar di Dusun Halalang, Agam, pada Senin (10/11), menunjukkan hasil yang melampaui ekspektasi.
Padi jenis 'kuruik kusuik' di demplot tersebut tidak hanya menghasilkan panen raya, tetapi juga membuktikan keunggulan pupuk organik cair lokal, Herdanic, yang diklaim sebagai kunci dari 'lompatan teknologi' pertanian ini.
Menurut Ketua KTNA Sumbar, Asnal Zakri, hasil panen ini sangat mencengangkan. Padi yang ditanam menggunakan Pupuk Organik Cair Herdanic ini berhasil dipanen pada usia 128 hari, yaitu 7 hari lebih cepat dari masa panen normal jenis padi yang sama (135-155 hari).
Secara visual, padi ini menunjukkan kualitas unggul:
Tinggi rata-rata mencapai 130-140 sentimeter.
Anakan padi per rumpun mencapai 60 hingga 70 anakan, jumlah yang jauh di atas rata-rata.
Butiran padi di setiap malai terlihat berisi dan gemuk.
Ketua Korwil Gempita Sumbar, Nurkhalis, optimis bahwa dengan performa ini, hasil panen per hektare bisa menyentuh target 7 ton.
"Biasanya dengan 30 batang per rumpun hanya menghasilkan 3 sampai 4 ton per hektare. Kita yakin kalau hari ini hasilnya rata, hasilnya bisa mencapai 7 ton. Ini adalah kemajuan pertanian di Sumbar," tegas Nurkhalis.
Herdanic: Solusi Lokal di Tengah Krisis Pupuk
Herdanic, pupuk cair hayati majemuk organik asal Agam, menjadi bintang utama dalam kesuksesan ini. Selain menghasilkan panen yang lebih baik, pupuk ini menawarkan solusi strategis bagi petani di tengah isu kelangkaan dan mahalnya pupuk konvensional.
"Kita menggunakan pembenah tanah yang super unggul dibanding produksi jenis biasa. Ini bisa dikatakan sebuah lompatan teknologi," ujar Asnal Zakri, berharap hasil panen ini menjadi model yang dapat direplikasi.
Sementara UIN Bukittinggi Ambil Langkah Besar melalui Program 'Ekoteologi' dan Fakultas Baru.
Melihat potensi besar ini, UIN Bukittinggi memberikan dukungan penuh dan mengambil langkah kelembagaan yang strategis.
Wakil Rektor I, Dr. Afrinaldi, S.Sos.I., MA, menyatakan bahwa UIN akan merespons melalui program pemberdayaan masyarakat dan mengintegrasikan riset pertanian ini. Ia menyebut inisiatif ini sebagai implementasi dari program Ekoteologi Kementerian Agama—yaitu program yang ramah dengan kondisi alam dan dibarengi nilai-nilai religius.
Sebagai tindak lanjut, Wakil Rektor II, Prof. Dr. Iiz Izmuddin, MA, menambahkan bahwa UIN Bukittinggi akan membuka Fakultas Saintek (Sains dan Teknologi) untuk secara resmi mendukung pengembangan keilmuan dan teknologi seperti pertanian padi organik berkelanjutan ini.
Keberhasilan panen ini diharapkan dapat menjadi contoh nasional bagaimana kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan petani lokal dapat menghasilkan inovasi pertanian yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.==agi=
Share this Article
